Sidoarjo, Media Suarapergerakan.id | Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini diwarnai oleh sebuah fenomena tak biasa yang viral di berbagai media sosial: pengibaran bendera bajak laut dari anime One Piece, di momen kemerdekaan bulan Agustus. Aksi ini menuai beragam reaksi dari masyarakat, mulai dari yang menganggapnya sebagai bentuk ekspresi kreatif generasi muda, hingga yang mengecamnya sebagai tindakan tidak pantas dan melukai nilai-nilai nasionalisme.
Bendera dengan logo tengkorak dan jerami khas kelompok bajak laut Straw Hat Pirates itu terlihat berkibar di sejumlah tempat, mulai dari tiang rumah warga hingga kendaraan truk ekspedisi di berbagai kota.
Kontroversi Politik dan Simbol Perlawanan:
Fenomena ini menjadi kontroversial karena tidak hanya menyangkut soal estetika atau fandom anime, tetapi juga menyentuh ranah politik. Beberapa kalangan menilai bahwa pengibaran bendera bajak laut adalah bentuk kritik terhadap kondisi perpolitikan Indonesia saat ini, yang dinilai dipenuhi oleh pembajakan kekuasaan, oligarki, dan ketidakadilan sosial, meskipun terkesan iseng, sebenarnya merupakan refleksi sosial generasi muda yang frustrasi terhadap kondisi negara.
Namun, pihak pemerintah dan sebagian tokoh masyarakat menilai tindakan ini sebagai bentuk dekadensi nasionalisme.
Suara Partai Buruh: Ekspresi Kekecewaan terhadap Kondisi Bangsa
Marsanto, S.H., Ketua Exco Partai Buruh Kabupaten Gresik, memberikan tanggapan kritis terkait maraknya pengibaran bendera One Piece di tengah perayaan Hari Kemerdekaan. Menurutnya, fenomena tersebut mencerminkan keresahan masyarakat terhadap ketimpangan nilai perjuangan dan kondisi bangsa saat ini.
“Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang diperingati setiap bulan Agustus adalah bentuk khidmat kita terhadap para pejuang kemerdekaan. Mereka berjuang dengan cita-cita luhur, tanpa pernah menghitung apakah hasil perjuangan itu bisa mereka nikmati,” ujar Marsanto.
Ia menilai pengibaran bendera bajak laut dari anime Jepang tersebut tidak sekadar iseng atau bentuk hiburan semata, melainkan mencerminkan simbolik kekecewaan terhadap elite kekuasaan.
“Pengibaran bendera One Piece justru merupakan bentuk kritik terhadap kondisi negara kita hari ini, di mana masih banyak oknum pejabat yang melakukan korupsi, menikmati fasilitas negara, dan lupa dengan amanah rakyat. Sangat kontras dengan para pejuang dulu yang bahkan dengan modal sendiri rela mengorbankan segalanya demi kemerdekaan,” jelasnya.
Marsanto mengajak semua pihak untuk tidak hanya mengecam simbol-simbol ekspresi masyarakat, tetapi juga merenungi pesan yang tersirat di dalamnya. “Ini bukan soal fandom anime, tapi pesan moral yang hendaknya kita maknai secara lebih dalam.”
Tanggapan Warga: Kreativitas, Bukan Provokasi
Dwi Purwanto, seorang warga Kedamean, Gresik, memberikan pandangannya atas fenomena ini. Menurutnya, pengibaran bendera One Piece seharusnya dilihat sebagai bentuk ekspresi dan kreativitas masyarakat, bukan sebagai tindakan provokatif atau penghinaan terhadap simbol negara.
“Bendera One Piece itu bagian dari ekspresi dan kreativitas. Selama tidak dimaksud untuk merendahkan atau menyandingkan dengan cara yang tidak pantas terhadap bendera Merah Putih, saya rasa tidak perlu dibesar-besarkan,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan agar semua pihak bijak dalam menyikapi fenomena ini, dan tidak memelintir momen tersebut menjadi simbol perlawanan yang dapat memicu gesekan sosial.
“Jangan sampai ada pihak yang memanfaatkan atau memelintir momen ini jadi provokasi atau simbol perlawanan. Kita harus bisa membedakan antara kreativitas budaya dan tindakan yang memang bertujuan melecehkan simbol negara,” tambahnya.
“Dan mengingatkan agar tidak ada pihak yang memelintir momen tersebut menjadi provokasi atau simbol perlawan. Apalagi di bulan Agustus dihari kemerdekaan,harus dijaga nasionalisme dan kesakralannya untuk menghormati para pahlawan,” imbuhnya.
Penutup:
Antara Nasionalisme dan Ekspresi Budaya
Fenomena bendera One Piece pada bulan Kemerdekaan Agustus menjadi refleksi tarik-menarik antara nasionalisme klasik dengan ekspresi budaya populer yang terus berkembang. Apakah ini bentuk pelecehan simbol negara, atau justru cara baru generasi muda menyuarakan semangat merdeka? Jawabannya mungkin terletak di antara keduanya — dan menjadi PR besar bagi bangsa ini untuk merangkul semangat baru tanpa melupakan akar sejarahnya.
berita terkait: Gubernur Khofifah Tanggapi Fenomena Pengibaran Bendera One Piece Menjelang HUT RI
Menyambut HUT Republik Indonesia ke 80 tahun, STELLA FC mengadakan tasyakuran di lapangan.