
Sidoarjo, Media Suarapergerakan.id | Agustus 2025 – Dunia telekomunikasi tengah memasuki babak baru. Setelah teknologi 5G merevolusi cara manusia berkomunikasi, industri kini bersiap menyambut kelahiran jaringan generasi berikutnya: 6G. Peralihan ini bukan sekadar peningkatan kecepatan internet, tetapi juga perubahan mendasar pada cara perangkat, manusia, dan sistem cerdas saling terhubung.
Fenomena
Teknologi 5G yang mulai diadopsi luas sejak 2020 telah membawa internet berkecepatan gigabit, mendukung ekosistem Internet of Things (IoT), hingga mobil otonom. Namun, perkembangan kebutuhan digital—mulai dari metaverse, realitas campuran (XR), hingga AI generatif—membuat 5G mulai terasa terbatas. Fenomena ini mendorong riset dan uji coba 6G yang menjanjikan latensi ultra-rendah, transfer data hingga 1 Tbps, serta integrasi AI di tingkat jaringan.
Kasus
Beberapa negara maju seperti Korea Selatan, Jepang, Tiongkok, dan Finlandia sudah memulai uji coba 6G. Di Korea Selatan, pemerintah bahkan menargetkan peluncuran komersial pada 2030. Sementara itu, di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mulai menyusun roadmap adopsi 6G, termasuk persiapan infrastruktur fiber optik, satelit komunikasi, dan regulasi spektrum frekuensi baru. Tantangan terbesar adalah investasi awal yang sangat tinggi dan kesenjangan digital yang belum sepenuhnya teratasi di era 5G.
Kebijakan
Beberapa poin kebijakan strategis yang tengah dibahas di berbagai negara meliputi:
- Alokasi spektrum frekuensi baru di rentang terahertz (THz) yang menjadi kunci 6G.
- Standarisasi global agar perangkat 6G kompatibel lintas negara.
- Perlindungan data dan keamanan siber, karena 6G akan menghubungkan miliaran perangkat cerdas.
- Insentif investasi bagi operator dan produsen perangkat untuk mempercepat infrastruktur.
Keunggulan 6G
- Kecepatan Super Tinggi: Mencapai 100 kali lebih cepat dibanding 5G.
- Latensi Nyaris Nol: Respon instan untuk operasi kritis seperti bedah jarak jauh.
- Integrasi AI di Jaringan: Otomatisasi pengelolaan trafik dan keamanan jaringan.
- Konektivitas Ubiquitous: Menghubungkan perangkat dari bawah laut hingga luar angkasa.
- Kapasitas Data Lebih Besar: Memungkinkan streaming hologram dan pengalaman metaverse tanpa jeda.
Kesimpulan
Peralihan dari 5G ke 6G adalah lompatan besar yang akan membentuk fondasi dunia digital masa depan. Namun, keberhasilan transisi ini bergantung pada kesiapan infrastruktur, regulasi yang adaptif, dan pemerataan akses internet. Jika 5G membawa dunia menuju konektivitas cerdas, maka 6G akan membawanya ke era konektivitas sadar—di mana jaringan bukan hanya menghubungkan, tapi juga memahami dan memprediksi kebutuhan pengguna.