Sidoarjo, 30 Agustus 2025 . Media suarapergerakan.id | Situasi demokrasi Indonesia kini memasuki fase yang memprihatinkan. Gelombang aksi rakyat sudah menyebar hampir di seluruh Indonesia, dari kota besar hingga pelosok daerah. Di berbagai titik, terlihat kobaran api yang menjadi simbol kekecewaan rakyat terhadap sikap arogansi kekuasaan.
Aksi demonstrasi yang berlangsung serentak ini dipicu oleh beredarnya sebuah video tragis yang memperlihatkan seorang ojek online (ojol) menjadi korban hingga meninggal dunia. Peristiwa tersebut menjadi pemantik kemarahan publik, karena dinilai mencerminkan wajah demokrasi yang sudah tidak sehat.
“Ini bukan sekadar aksi unjuk rasa, tetapi jeritan rakyat yang merasa ditindas dan tidak didengar,” ujar salah satu orator di depan kantor DPR RI, Jakarta.
Gelombang massa tidak hanya berkumpul di ibu kota, tetapi juga di Surabaya, Medan, Makassar, hingga Papua. Di setiap daerah, ribuan rakyat turun ke jalan membawa poster, spanduk, dan simbol-simbol perlawanan. Kobaran api membara di beberapa titik, menjadi gambaran nyata betapa dalamnya rasa kecewa masyarakat terhadap kondisi demokrasi saat ini.
Para demonstran menuntut perubahan nyata, termasuk penghapusan outsourcing, penolakan upah murah, pembentukan Satgas PHK, hingga reformasi pajak perburuhan. Tuntutan itu dianggap sebagai langkah mendesak untuk menyelamatkan demokrasi dari cengkeraman kebijakan yang merugikan rakyat kecil.
Situasi ini menandai bahwa demokrasi Indonesia sedang berada di persimpangan jalan. Rakyat menuntut agar wakil mereka di parlemen tidak lagi berpaling dari kepentingan publik. Aksi yang terus meluas di 38 provinsi ini diprediksi akan menjadi salah satu momentum penting dalam sejarah pergerakan rakyat Indonesia.
