Sidoarjo, Media Suarapergerakan.id | Meskipun indeks literasi dan inklusi keuangan Indonesia menunjukkan tren positif, kerentanan finansial masyarakat masih menjadi tantangan serius. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks literasi keuangan nasional mencapai 65,43%, sementara indeks inklusi keuangan sebesar 75,02%.
Angka tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia sudah memahami konsep dasar keuangan seperti tabungan, investasi, dan asuransi. Namun, pemahaman itu belum sepenuhnya diiringi dengan kemampuan mengelola keuangan secara efektif dalam kehidupan sehari-hari.
Hampir Setengah Penduduk Rentan Finansial
Menurut laporan GoodStats, sekitar 46% masyarakat Indonesia tergolong rentan finansial atau financially fragile. Istilah ini menggambarkan individu yang tidak memiliki kesiapan menghadapi pengeluaran mendadak seperti biaya kesehatan, kehilangan pekerjaan, atau kebutuhan darurat lainnya akibat minimnya dana cadangan dan perencanaan keuangan.
Kondisi ini menjadi alarm penting bagi upaya peningkatan kesejahteraan ekonomi rumah tangga. Tanpa cadangan dana darurat, banyak keluarga Indonesia berpotensi terjebak dalam siklus utang atau tekanan psikologis berkepanjangan.
Keterkaitan Keuangan dan Kesehatan Mental
Penelitian dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menemukan bahwa 86% masalah kesehatan mental berakar pada persoalan keuangan, sementara 72% gangguan kesehatan mental turut memperburuk kondisi finansial seseorang.
Temuan ini menunjukkan adanya siklus timbal balik (feedback loop) antara kesehatan finansial dan mental. Stres akibat beban ekonomi, utang, atau ketidakpastian pendapatan dapat memicu kecemasan dan depresi, yang pada akhirnya menurunkan kemampuan seseorang dalam mengelola keuangan secara rasional.
Upaya Edukasi dan Solusi Jangka Panjang
OJK bersama lembaga pendidikan dan sektor swasta terus mendorong program edukasi literasi keuangan inklusif, terutama bagi kelompok usia produktif dan masyarakat berpenghasilan rendah. Upaya ini diharapkan tidak hanya meningkatkan pengetahuan, tetapi juga membangun perilaku finansial yang sehat melalui kebiasaan menabung, investasi bertanggung jawab, serta perlindungan keuangan yang memadai.
Dengan memperkuat sinergi antara kebijakan ekonomi dan kesehatan mental, Indonesia diharapkan mampu membangun masyarakat yang lebih tangguh secara finansial dan sejahtera secara psikologis.