Jakarta, Media suarapergerakan.id | Kontribusi sektor manufaktur Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus menurun tajam dalam dua tahun terakhir. Data menunjukkan bahwa pangsa sektor manufaktur turun dari 32 persen pada 2022 menjadi hanya sekitar 19 persen pada 2024.
Penurunan ini menimbulkan kekhawatiran serius terkait daya saing industri nasional, keberlanjutan lapangan kerja, serta prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.
CEO LG Electronics Indonesia, Ha Sang-chul, menegaskan bahwa tren ini tidak boleh dipandang remeh.
“Penurunan tersebut mencerminkan meningkatnya tekanan deindustrialisasi, hilangnya lapangan kerja, serta erosi bertahap terhadap kelas menengah,” ujarnya.
Dampak Penurunan Manufaktur
- Deindustrialisasi: Penurunan pangsa manufaktur mengindikasikan melemahnya sektor industri yang selama ini menjadi motor ekonomi.
- Hilangnya Lapangan Kerja: Sektor manufaktur yang padat karya berisiko mengurangi kapasitas perekrutan tenaga kerja.
- Melemahnya Kelas Menengah: Berkurangnya peran manufaktur dikhawatirkan memperlambat mobilitas ekonomi masyarakat menuju kelas menengah.
Harapan dan Solusi
Para pelaku industri berharap pemerintah dapat segera mengambil langkah strategis, termasuk:
memperkuat daya saing manufaktur melalui investasi dan inovasi,
mendorong transformasi digital industri,
memperluas pasar ekspor, dan
menghadirkan kebijakan industrialisasi yang berkelanjutan.
Dengan strategi yang tepat, Indonesia masih memiliki peluang besar untuk mengembalikan sektor manufaktur sebagai pilar utama perekonomian nasional.