Stres Finansial Jadi Fenomena Baru di Tengah Tekanan Ekonomi Masyarakat Modern

Sidoarjo, Media Suarapergerakan.id | Di tengah tekanan ekonomi yang terus meningkat, fenomena stres finansial (financial stress) kini menjadi salah satu masalah psikologis paling umum dialami masyarakat Indonesia, terutama di kalangan pekerja dan keluarga muda. Stres finansial didefinisikan sebagai kondisi psikologis ketika seseorang merasa kewalahan oleh masalah keuangan — seperti utang yang menumpuk, pendapatan yang tidak mencukupi, pengeluaran mendadak, hingga rasa takut kehilangan stabilitas ekonomi.

Menurut para pakar keuangan dan psikolog, stres ini dapat bersifat akut misalnya akibat kehilangan pekerjaan atau gagal bayar cicilan, maupun kronis, ketika seseorang terus hidup dalam ketidakpastian finansial jangka panjang atau mempertahankan gaya hidup di luar kemampuan pendapatannya.

Fenomena ini tidak hanya berdampak pada kondisi ekonomi rumah tangga, tetapi juga pada kesehatan mental dan produktivitas kerja. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mengalami stres finansial cenderung mengalami gangguan tidur, sulit berkonsentrasi, dan menurunnya motivasi dalam bekerja.

Contoh perilaku yang umum muncul akibat stres finansial antara lain:

  • Menunda pembayaran tagihan atau menghindari membuka pesan dari lembaga keuangan.
  • Kecemasan berlebihan setiap kali harus membicarakan uang atau melihat saldo rekening.
  • Mengambil keputusan impulsif, seperti pinjaman cepat online tanpa perhitungan matang.
  • Menarik diri dari lingkungan sosial karena malu terhadap kondisi keuangan.
  • Mengalami perubahan emosi ekstrem, seperti mudah marah, sedih berkepanjangan, atau kehilangan semangat hidup.

Pakar psikologi ekonomi, Dr. Rina Mulyasari, menegaskan bahwa stres finansial bukan hanya persoalan manajemen uang, tetapi juga berkaitan dengan keseimbangan mental dan perilaku konsumsi.

“Banyak orang tidak menyadari bahwa tekanan finansial yang dibiarkan berlarut bisa berubah menjadi gangguan psikologis serius. Kuncinya bukan sekadar menambah pendapatan, tetapi juga mengubah cara berpikir dan berperilaku terhadap uang,” ujarnya.

Pemerhati ekonomi sosial juga menyoroti perlunya edukasi literasi keuangan sejak dini, termasuk perencanaan keuangan keluarga dan pengelolaan utang yang sehat. Dengan kesadaran dan strategi yang tepat, masyarakat dapat mengurangi risiko stres finansial dan menjaga keseimbangan antara stabilitas ekonomi serta kesehatan mental.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *