Suhu Panas Ekstrem Melanda Akibat Kulminasi Matahari

Sidoarjo, Media Suarapergerakan.id | 16 Oktober 2025 – Beberapa wilayah di Indonesia tengah dilanda suhu panas ekstrem yang mencapai lebih dari 36 derajat Celsius. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa kondisi ini disebabkan oleh fenomena kulminasi matahari, yaitu saat posisi matahari berada tepat di atas kepala suatu wilayah.

Apa Itu Kulminasi Matahari?

Kulminasi matahari merupakan fenomena ketika matahari berada tepat di atas garis lintang suatu daerah, sehingga bayangan benda tegak akan menghilang sejenak karena jatuh tepat di bawahnya. Peristiwa ini biasanya terjadi dua kali dalam setahun di wilayah tropis, termasuk Indonesia.

Fenomena ini menyebabkan peningkatan intensitas radiasi sinar matahari yang diterima permukaan bumi secara langsung. Akibatnya, suhu udara terasa jauh lebih panas dari biasanya, terutama pada siang hari antara pukul 10.00 hingga 15.00 WIB.

Wilayah yang Terdampak

Beberapa wilayah yang melaporkan suhu tertinggi meliputi:

  • Surabaya dan Sidoarjo: mencapai 37°C
  • Jakarta dan Bekasi: sekitar 36°C
  • Yogyakarta dan Semarang: antara 35–36°C
  • Palembang dan Pontianak: hingga 37°C

BMKG memperkirakan puncak kulminasi matahari akan berlangsung hingga akhir Oktober 2025, tergantung pada posisi lintang masing-masing daerah.

Dampak yang Dirasakan Masyarakat

Kenaikan suhu ekstrem ini berdampak pada berbagai sektor, antara lain:

  • Kesehatan: meningkatnya risiko dehidrasi, heatstroke, dan kelelahan akibat panas.
  • Pertanian: beberapa tanaman mengalami kekeringan akibat intensitas panas yang tinggi.
  • Kehidupan sehari-hari: masyarakat mengeluhkan suhu ruangan yang lebih gerah meskipun menggunakan pendingin udara.

BMKG mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar ruanganmemperbanyak minum air putih, serta menggunakan pelindung diri seperti topi, payung, dan tabir surya saat beraktivitas di bawah terik matahari.

Imbauan dan Edukasi Publik

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andi Prasetyo, menegaskan bahwa fenomena ini bukan gelombang panasseperti yang terjadi di Timur Tengah atau Asia Selatan, melainkan peristiwa tahunan alami akibat pergerakan semu matahari.

“Masyarakat tidak perlu panik. Ini fenomena normal yang terjadi dua kali dalam setahun. Namun tetap perlu waspada terhadap dampaknya terhadap kesehatan,” ujarnya.

Kesimpulan

Fenomena kulminasi matahari menjadi pengingat penting akan dinamika alam yang memengaruhi iklim tropis Indonesia. Meski bersifat sementara, masyarakat diimbau untuk beradaptasi dan menjaga kesehatan, terutama di tengah perubahan iklim global yang memperburuk suhu ekstrem di berbagai belahan dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *