Sidoarjo, Media Suarapergerakan.id | Tepat pada hari ini, Sunandar, Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Kimia, Energi, Pertambangan – Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (FSP KEP-KSPI), genap berusia 54 tahun. Di usia yang lebih dari setengah abad ini, Sunandar tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Justru, semangat juang, keteguhan sikap, dan dedikasi beliau bagi kesejahteraan buruh dan kepentingan masyarakat umum semakin menguat.
Sejak awal kiprahnya di gerakan buruh, Sunandar dikenal sebagai sosok pemimpin yang santun, rendah hati (humble), namun tegas ketika membela hak-hak pekerja. Ia memahami bahwa perjuangan serikat pekerja bukan hanya soal menaikkan upah atau memperjuangkan kondisi kerja yang layak, tetapi juga memperluas manfaat perjuangan itu untuk masyarakat luas.
Bagi Sunandar, buruh adalah tulang punggung pembangunan, dan martabat buruh adalah cerminan martabat bangsa. Prinsip ini ia pegang teguh dalam setiap langkahnya memimpin FSP KEP-KSPI. Di berbagai forum, baik di meja perundingan maupun aksi massa di jalanan, Sunandar selalu hadir sebagai juru bicara yang cerdas, berargumentasi kuat, namun tetap menjaga etika komunikasi.
Konsistensi dalam Perjuangan
Selama puluhan tahun terlibat dalam gerakan serikat pekerja, Sunandar membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang konsisten. Ia tidak mudah tergoda oleh kepentingan politik jangka pendek atau tekanan dari pihak-pihak yang ingin melemahkan gerakan buruh. Konsistensi inilah yang membuatnya dihormati, bukan hanya oleh anggota serikat pekerja yang ia pimpin, tetapi juga oleh lawan bicara di ranah industri, pemerintahan, bahkan di kalangan pengusaha.
Bagi anggota FSP KEP-KSPI, Sunandar adalah teladan tentang bagaimana seorang pemimpin harus berakar di hati anggota, memahami aspirasi mereka, dan membawa aspirasi itu ke ranah perjuangan yang nyata. “Ia kerap turun langsung ke lapangan, menemui buruh di pabrik-pabrik, berdialog tanpa sekat, dan mendengarkan keluhan serta harapan mereka.” Ungkap Affan yang merupakan Buruh di salah satu perusahaan swasta di Jawa Timur.
Pemimpin yang Merangkul Semua
Kepribadian humble Sunandar membuatnya mudah diterima di berbagai kalangan. Ia tidak memposisikan dirinya di menara gading kepemimpinan, melainkan berada di tengah-tengah anggota. Dalam berbagai kesempatan, ia selalu mengedepankan musyawarah, merangkul perbedaan pendapat, dan membangun solidaritas lintas sektor.
Di tengah tantangan globalisasi, perubahan teknologi, dan tekanan terhadap hak-hak pekerja, Sunandar memahami bahwa perjuangan tidak bisa dilakukan sendiri. Ia mendorong kolaborasi antar Serikat Pekerja, organisasi masyarakat sipil, dan elemen bangsa lainnya untuk memastikan bahwa keadilan sosial dapat dirasakan oleh seluruh rakyat.
Sunandar juga sebagai motor penggerak perjuangan Buruh melalui Media digital dan media maenstream, karena Sunandar sangat paham, bahwa perjuangan Buruh dan Serikat Pekerja saat ini tidak hanya sekedar Berjuang di jalanan dan ruang-ruang diskusi publik, melainkan juga melalui media sosial dan ruang-ruang Digital.
Warisan Semangat dan Dedikasi
Usia 56 tahun bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan tonggak penting bagi Sunandar untuk terus menorehkan jejak perjuangan. Semangatnya yang tak pernah padam menjadi inspirasi bagi generasi muda aktivis buruh untuk melanjutkan perjuangan dengan cara yang visioner namun tetap berakar pada nilai-nilai kemanusiaan.
Hari ini, di momen ulang tahunnya, banyak pihak memberikan doa dan harapan agar Sunandar senantiasa diberikan kesehatan, kekuatan, dan keberanian untuk terus memimpin perjuangan buruh di Indonesia. Karena dalam diri Sunandar, terpatri keyakinan bahwa perjuangan buruh adalah perjuangan kemanusiaan, dan selagi ketidakadilan masih ada, tugas seorang pejuang belum selesai.
Selamat ulang tahun yang ke-56, Sunandar. Semoga semangat juang, kesantunan, dan konsistensi Anda selalu menjadi suluh penerang dalam perjalanan panjang gerakan buruh dan perjuangan rakyat Indonesia.
