Sidoarjo, Media Suarapergerakan.id | 3 Agustus 2025 – Teknologi pendidikan terus mengalami transformasi signifikan, membawa perubahan besar dalam cara siswa belajar dan guru mengajar. Salah satu fenomena yang kini makin umum adalah penggunaan Virtual Reality (VR) di ruang belajar, seperti yang terlihat pada gambar seorang anak kecil yang sedang belajar dengan headset VR di depan meja belajarnya.
Fenomena: Perubahan Pola Belajar di Era Digital
Penerapan teknologi seperti VR, Artificial Intelligence (AI), Augmented Reality (AR), dan pembelajaran berbasis cloud kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di dunia pendidikan. Murid tidak lagi hanya bergantung pada buku teks, tetapi juga mendapatkan pengalaman belajar imersif—seolah-olah berada di dalam eksperimen sains, menjelajahi museum dunia, atau bahkan mempelajari sejarah langsung dari “dalam peristiwa”.
Salah satu contohnya adalah pembelajaran VR dalam pelajaran sejarah, di mana siswa dapat “mengunjungi” masa Romawi Kuno dan menyaksikan Colosseum berdiri megah. Ini tidak hanya meningkatkan pemahaman, tapi juga membangun daya imajinasi dan minat belajar siswa.
Kasus: Kesenjangan Akses Teknologi
Namun, kemajuan teknologi ini juga menghadirkan tantangan. Di banyak daerah terpencil di Indonesia, fasilitas teknologi belum merata. Kasus di Kabupaten Paniai, Papua, menunjukkan banyak sekolah yang belum memiliki akses internet yang stabil atau perangkat digital. Sementara sekolah-sekolah di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya sudah mulai mengintegrasikan VR, AI, dan pembelajaran daring secara penuh.
Fenomena ini menimbulkan kesenjangan digital yang berdampak pada ketidaksetaraan kualitas pendidikan. Hal ini menjadi perhatian serius bagi para pemerhati pendidikan dan pemerintah.
Tanggapan: Adaptasi, Inovasi, dan Regulasi
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah meluncurkan beberapa program seperti “Merdeka Belajar Digital” yang menyediakan pelatihan guru serta distribusi perangkat dan koneksi internet ke daerah-daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).
Di sisi lain, banyak sekolah swasta dan startup edutech juga mulai bekerja sama mengembangkan platform pembelajaran berbasis AI, yang bisa menyesuaikan materi belajar dengan kemampuan dan gaya belajar masing-masing siswa.
Menurut pakar teknologi pendidikan, Dr. Arief Nugroho, “Pendidikan masa depan akan lebih personal, interaktif, dan lintas batas fisik. Tapi kita tidak boleh lupa memastikan semua anak mendapat kesempatan yang sama.”
Contoh Nyata Implementasi Teknologi Pendidikan:
- Ruangguru & Zenius – platform pembelajaran online lokal yang menyediakan video pembelajaran, latihan soal adaptif, dan analisis performa siswa.
- Sekolah dengan Laboratorium VR – seperti SMA di BSD City yang menggunakan VR untuk pembelajaran biologi dan sejarah.
- AI Tutor – digunakan di Singapura dan mulai diadopsi di Indonesia, yang memungkinkan siswa mendapatkan bantuan belajar personal 24 jam.
Kesimpulan: Menuju Pendidikan yang Inklusif dan Adaptif
Teknologi pendidikan masa kini dan masa depan membawa harapan baru terhadap kualitas dan efektivitas pembelajaran. Namun, peran pemerintah, sekolah, dan masyarakat sangat penting untuk memastikan transformasi ini merata dan tidak menciptakan jurang kesenjangan yang lebih lebar. Dengan strategi yang tepat, pendidikan berbasis teknologi dapat menjadi kunci bagi generasi masa depan yang lebih cerdas dan siap menghadapi tantangan global.